Rabu, 25 Maret 2020

Mengajarkan si Kecil Untuk Makan Sendiri bersama si Nuby Suregrip Dipeez Self Feeding Spoon!

Hallo semua, saya ingin berbagi 4 tips dan solusi untuk para ibu yang memiliki si kecil yang sudah beranjak 6 bulan, nah pada masa inilah saatnya ibu mulai mengenalkan makanan padat atau MPASI pada buah hati. Tak hanya memilih makanan yang tepat, tapi ibu juga perlu memerhatikan peralatan makan khususnya sendok makan. Mengingat mulutnya yang masih mungil dan belum bisa memegang sendok sendiri, pastikan ibu memilih sendok makan yang tepat dan sesuai dengan tumbuh kembangnya. Tak perlu bingung, ibu bisa menyimak 4 tips sendok makan bayi yang tepat di bawah satu tahun berikut ini, dan langkah yang tepat jika Nuby Suregrip Dipeez self Feeding Spoon dengan dua warna pilihan yang cerah, hadir untuk buah hati anda : 1. Tidak mengandung BPA, PVC, dan Phthalates. Terdengar sepele, tetapi memilih sendok makan untuk bayi sangat penting karena berhubungan dengan sistem pencernaan si kecil. Pastikan tidak ada kandungan zat kimia berbahaya sebagai bahan pembuat sendok agar kesehatan bayi pun tidak terganggu. Ibu dapat melihat pada kemasan produk atau bertanya pada pemilik toko untuk memastikan sendok makan aman digunakan. Sendok makan bayi yang baik biasanya tidak mengandung Bisphenol-A (BPA), Polifinil Klorida (PVC), dan phthalates. BPA adalah bahan kimia pembuat plastik yang dapat terlepas akibat suhu panas, baik dari panas makanan, matahari, maupun suhu ruang. PVC merupakan zat kimia campuran plastik dan phthalates. Ini merupakan zat untuk melunakkan plastik agar lentur dan tidak retak. Ketiga zat kimia ini sangat berbahaya karena dapat mengakibatkan ketidakseimbangan hormon, sistem imun, hingga pertumbuhan sel kanker pada bayi, solusinya adalah dengan memakai Nuby karena di kedua ujung Nuby Suregrip Dipeez self Feeding Spoon terdapat pelindung anti sedak, serta BPA Free lho Bu! Aman sekali.
2. Cari sendok makan yang tidak mudah luntur Sendok makan bayi boleh lucu, asal aman dan tidak luntur. Sendok makan bayi boleh lucu, asal aman dan tidak luntur. Banyak sendok makan bayi memiliki bentuk dan warna yang menarik dan lucu sehingga membuat ibu dan si kecil menyukainya. Namun, ibu perlu ingat, zat pewarna pada sendok kadang bisa terlepas saat dicuci atau terkena panas. Jangan sampai bahan tersebut terlepas di makanan si kecil. Ibu bisa memilih sendok makan yang bertanda Food Grade, Food Safe, dan dinyatakan aman oleh Food and Drug Administration (FDA). Bisa juga ibu memilih sendok makan dengan zat PP atau polypropylene yaitu plastik kode nomor 5 yang ringan, kuat, tahan kelembapan, mudah dibersihkan, tahan terhadap sisa minyak, bakteri dan zat kimia lainnya. Jadi, pastikan sendok makan bayi yang ibu pilih antiluntur seperti yang ada di Nuby dengan 100% berbahan Silicon yang lembut.
3. Sebaiknya, ujung sendok makan bayi berujung tumpul Usahakan untuk tidak membiarkan si kecil menggunakan peralatan makan orang dewasa. Dalam memilih sendok makan, sebaiknya ibu memastikan tidak ada bagian yang tajam. Pastikan juga sendok tersebut kuat dan tidak mudah patah. Ibu tidak mau, kan, jika patahan sendok tersebut dapat melukai si kecil? Nuby hadir untuk menjawab kekhawatiran Ibu, di kedua ujung memiliki pelindung anti sedak yang di mana ujung yang satu berstektur untuk anak belajar makan sendiri, dan ujung yang satunya adalah untuk orang tua membantu makan setelah si kecil belajar makan sendiri.
4. Ukuran sesuai usia perkembangan Sendok dengan gagang melebar dan pendek untuk memudahkan bayi menggenggamnya.Sendok makan bayi dapat dipilih sesuai dengan tahap usia perkembangannya. Saat mulai MPASI di usia 6 bulan, ibu bisa memilih sendok makan bayi bergagang panjang agar memudahkan ibu menyuapi si kecil. Pilihlah sendok makan yang tidak terlalu cekung sehingga makanan yang masuk ke mulut tidak berlebihan dan mudah dibersihkan. Sebaliknya, saat si kecil mulai beranjak besar dan ingin memegang sendoknya sendiri, ibu bisa mengganti sendok makannya yang berukuran gagang pendek dan agak lebar. Sendok makan jenis ini cukup kuat digenggam si kecil dan memudahkan ia memasukkan makanan ke mulutnya sendiri. Kegiatan makan ini tentunya dapat memengaruhi tumbuh kembang bayi, dalam hal meningkatkan koordinasi otak, tangan, dan mulut. Ke depannya, ibu nanti bisa melatih si kecil untuk membiarkannya makan mandiri atau BLW (Baby Led Weaning).
Bagaimana Ibu, tidak sulit bukan memilih sendok makan bayi yang aman? tentunya Nuby Suregrip Dipeez self Feeding Spoon adalah pilihan yang tepat untuk buah hati tercinta ya! Untuk informasi promo menarik lainnya yuk kita kunjungi social media Nuby Indonesia. Instagram @Nubyindo untuk Facebook @NubyIndonesia jangan lupa follow dan ikuti terus ya update dan informasi seputar produk Nuby, karena Nuby selalu setia hadir untuk anak-anak kita tercinta yuk jadikan Nuby teman setia di masa-masa emas pertumbuhan mereka. #Momacademy #Momaacademytangerang #nubyindo #nuby #lovebabylovenuby

Selasa, 20 Mei 2014

Aku Hamil....Buah Hatiku, buah cinta kami berdua...Alhamdulillah.

Hey hey penduduk bumi, langit dan yang berada di antaranya. Hari ini kuumumkan sejelas-jelasnya. Aku hamil. Senang sekali mengabarkan berita gembira ini. Ini adalah kehamilan Pertamaku, setelah menunggu 11 Bulan, Alhamdulillah. Menyenangkan sekali menyadari bahwa yang terjadi ini sesuai dengan rencana, karena memang aku dan suami telah benar-benar siap menerima kehadirannya dan Tuhan telah menjawab doa dan ikhtiar kami berdua, Alhamdulillah. Kalau akhirnya aku belum bisa melanjutkan kuliah lagi, aku tidak mau jalan di tempat, menunggu waktu mengutukku berputar dengan cepat tanpa ada hal berarti yang kubuat. Akhirnya aku putuskan untuk meredam ambisi kuliahku dengan menghidupkan ambisi lainnya, yakni membina keluarga dan mensupport Suamiku melanjutkan kuliahnya. Sama mulianya toh. Jadi begini skenarionya, tahun ini hamil, tahun depan punya anak, dua tahun selanjutnya menanamkan nilai-nilai dan prinsip hidup yang kokoh kepada sang anak, selanjutnya aku boleh memikirkan ambisiku untuk kuliah lagi, suamiku juga pasti sudah usai kuliahnya. Haiyah... kesannya kok gampang sekali. Iya, klo bikin rencana, pikirkan gampangnya dulu saja, kalau yang dipikir sulitnya, kita akan jalan di tempat menghitung segala kemungkinan buruk yang mungkin dan pasti terjadi. Kembali ke topik. Niat yang diiringi usaha dan doa, tidaklah sia-sia. Akhirnya Allah yang Maha Baik mengizinkan aku untuk hamil. Dan lihatlah, sekarang kehamilanku jalan 15 minggu. Kehamilan pertama memang penuh tantangan. Agak sedikit berat karena keluhan kehamilan semuanya muncul bersamaan. Sekalipun itu normal. Mual sepanjang hari, kepala pusing, tulang belakang sakit, badan pegal-pegal, keputihan, ketombean semuanya muncul. Semoga ini bisa segera mereda, dan aku pun bisa menikmati kehamilan ini senikmat-nikmatnya. Mohon doanya y readers, semoga semuanya dilancarkan, janinnya berkembang normal, ibunya selalu sehat, untung-untung bisa bugar. Dan saat nanti tiba waktunya, semuanya dimudahkan. Aaamin ya rabbal alamin :)

Senin, 20 Januari 2014

Ya Allah, Beri Aku Satu Saja..

Ya Allah, Beri Aku Satu Saja.. Pertama kali melihat buku ini di toko buku, saya langsung tertarik. Dari judulnya saja sudah terasa begitu menyentuh, sepertinya sangat cocok untuk saya baca. Dan saya pun membawanya pulang tanpa pikir panjang. Buku ini adalah sebuah antologi, kumpulan cerita dari beberapa orang wanita hebat mengenai perjuangannya dalam memperoleh buah hati. Melewati penantian panjang yang tidak mudah, menghadapi tantangan dan tekanan dari berbagai pihak, dan menempuh berbagai cara baik medis maupun non-medis demi mendapatkan keturunan yang didamba-dambakan. Kisah yang sangat menyentuh dan mengharukan. Ada yang bahkan harus menunggu selama 15 tahun hingga Allah menitipkan amanah itu. Salah satu kontributor juga pernah mengalami keguguran bahkan sampai tiga kali, masya Allah. Buku ini tidak hanya wajib dibaca oleh istri-istri, tapi juga para suami sebagai pendamping yang sedianya harus selalu memberi dukungan moril. Suami juga harus koperatif untuk sama-sama berusaha, karena dalam beberapa kasus di buku ini, penyebab pasangan terlambat memiliki keturunan adalah adanya masalah di sistem reproduksi suami. Banyak sekali pelajaran yang bisa dipetik dari buku ini untuk pasangan suami istri yang tengah menantikan hadirnya buah hati. Bagaimana menjaga keharmonisan rumah tangga dalam melewati masa-masa sulit, di mana istri seringkali menjadi lebih sensitif karena mendapatkan tekanan dari keluarga dan lingkungan sekitar, dan cenderung mengalami stress. Peran suami yang baik dan memahami kondisi pasangannya sangat diperlukan pada saat-saat seperti ini. Dan yang tidak kalah penting, buku ini juga memberi kita pelajaran untuk bersabar, tidak mudah menyerah, dan untuk pasrah serta berserah pada Allah, Sang Pemilik Kehidupan. Saya tersadar bahwa apa yang saya dan suami lalui selama 11 bulan, belum ada apa-apanya di banding mereka yang kisahnya ada dalam buku ini. Di bagian akhir buku, penulis juga membahas mitos-mitos yang beredar di masyarakat mengenai kehamilan. Juga ada tips-tips dan doa-doa yang bagus untuk diamalkan bagi pasutri yang mendambakan kehadiran buah hati. Tidak hanya direkomendasikan bagi yang sudah menikah, buku ini pun sangat bermanfaat bagi mereka yang akan menikah dan merencanakan untuk segera memperoleh keturunan. Sebagai penutup, saya mengutipkan salah bagian kalimat dari seorang ibu dalam buku ini. It’s so touchy… “Takdirkanlah Aku memilikinya Ya Allah, ketika waktunya tepat untukku. Anugerahkan kepadaku kesabaran dalam penantian dan ikhtiar ini. Jauhkanlah hatiku dari ketergesa-gesaan memimpikannya. Karena aku tidak ingin mendapatkannya dengan ketidak ridhoan-Mu. Sehingga Engkau memberinya dengan “terpaksa”, atau dengan cara “melemparkannya” ke arahku. Aku akan menanti dengan keikhlasan dan kesabaran. Semoga Engkau mempertemukanku dengannya, dalam buaianku, di dunia. Namun bila Engkau tidak menghendakinya, gantilah dengan sesuatu yang lebih baik, berupa keberkahan hidup yang merupakan bingkisan terindah dari-Mu. Juga pertemukanku dengan buah hati di akhirat kelak. Apabila Engkau menyempatkan mempertemukanku dengan buah hati di dunia, smoga ia menjadi anak yang soleh atau solehah, dan membuatku bertambah cinta dan dekat dengan-Mu Ya Allah. Hingga menjadikanku senantiasa lebih baik dari hari ke hari dalam lindungan dan tangan kasih-Mu selamanya.. ” Amiin..

Selasa, 23 April 2013

3 Bulan Pernikahanku 03022013

Weel... Tiga bulan pernikahan 030213 Sekelumit jejak perjalanan tiga bulan pernikahanku. 03 Februari 2013 yang lalu pernikahan kami baru memasuki usia Tiga bulan. Ibarat bayi, pernikahan kami masih merah, lemah dan rentan. Di tahap ini, aku mulai menyadari bahwa semua hal yang baru itu tidaklah gampang. Seperti subject email yang kemarin dikirim oleh seorang sahabat the first step is always the hardest. Bagaimana tidak, dua manusia yang punya dua kepala, dua hati, dua mulut, empat teliga, dua mimpi, dua ambisi, dua latar belakang dan dua karakter menghabiskan banyak waktu bersama dalam satu payung besar bernama rumah tangga. Ternyata 2 tahun berpacaran belumlah memadai untuk bisa mengenal sosok pasangan secara penuh. Ada banyak hal baru yang disadari ada dan tiada dalam diri masing-masing. Ada banyak kelebihan yang kian menguatkan cinta. Ada banyak kekurangan yang lama-lama lumer ke permukaan dan tak jarang mengagetkan, karena belum biasa. Ada pula hal lucu yang menggelikan, kebodohan yang tak dimengerti, emosi yang tak terkendali atau mimpi-mimpi yang belum mampu diselami. Langkah awal ini adalah langkah pancaroba. Masa transisi yang perlu kehati-hatian untuk dipahami dan dituntun. Masa ketika seorang Huda Kurniawati tidak lagi bisa berpikir untuk diri sendiri. Suatu ketika aku berbelanja beberapa kebutuhan, Oh, ternyata di rumah ini semuanya tidak bisa dinikmati sendiri. Atau pada suatu malam, aku sedikit komplain, setengah merajuk dan sebagian besarnya marah. Karena suamiku telat tiba ke rumah. Padahal sedari bada' Isya aku sudah menunggu. Ternyata dia memang telat keluar kantor, tanpa memberi tahuku lebih dulu. Suamiku pikir itu biasa, tapi bagiku itu mengkhawatirkan. Karena sekarang sudah ada istri yang menunggu di rumah...namun di sini pula aku harus beradaptasi pada pekerjaan suamiku yang tak bisa diperkirakan jam pulangnya. Itulah, beberapa warna yang sudah ditorehkan selama tiga bulan ini. Biarpun merah itu masih menyala, tapi ia tak lagi jadi warna dominan di rumah kecil kami. Sudah mulai muncul warna warna lain, kuning, hijau, putih, jingga, dan abu-abu. Kanvas pernikahanku tidak hanya berupa garis kasmaran yang tegas mencolok menjadi sentra lukisan kehidupan pernikahan kami. Sudah ada titik, bercak dan liukan garis-garis lain. Lukisan itu masih jauh dari sempurna, sketsa pun masih diraba akan jadi apa nantinya. Tapi satu per satu, pelan-pelan, telah tertanam beberapa kisah di balik garis dan warna yang semuanya menjadi jejak catatan yang akan membawa kami pada kematangan, seiring dengan waktu dan komitmen yang setia dipegang.
Aku ingin sederhana, tapi tidak disederhanakan... Setiap orang punya kehidupan yang berbeda-beda dan masing-masing pasti punya ekspektasi akan kehidupan idaman menurut mereka. Sebagaimana orang bermimpi akan sebuah rumah idaman, seperti itu pula orang membayangkan tentang kehidupan mereka selanjutnya. Sebuah impian sepatutnya akan menjadi stimulan bagi seseorang untuk mewujudkannya, hal itu yang akan membentuk cara pandang terhadap hidup, karakter dan kepribadian. Seseorang yang ingin menguasai akan terkesan ambisius dan penuh semangat, seseorang yang ingin ternama akan menonjolkan diri, seseorang yang inginkan kedamaian akan lebih santun dan sebagainya dan sebagainya. Sedangkan aku inginkan hidup yang sederhana, tapi tidak disederhanakan. Suatu kesederhanaan yang kompleks. Seperti lukisan-lukisan Van Goh yang sederhana tapi menyimpan kerumitan dalam gradasi warna dan makna. Begitulah aku ingin membentuk hidupku.